Friday 24 July 2015

Ajarkan Disiplin Pada Anak

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Balita/Psikologi/ajarkan.disiplin.pada.anak/001/007/1374/1/1



Disiplin perlu diterapkan sedini mungkin agar anak dapat memahami konsep "benar dan salah", meski ia butuh waktu untuk memahami  konsep tersebut. Beberapa ahli mengatakan, kesalahan terbesar dalam mendisiplinkan anak adalah ketika bertentangan dengan alam mereka.  

Dalam  buku “The Child Whisperer; The Ultimate Handbook for Raising Happy, Successful, and Cooperative Children”   Carol Tuttle, terapis energi dan guru spiritual asal AS menuliskan tentang empat tipe anak. Berdasarkan itu,  menurutnya, Anda dapat menerapkan disiplin dengan memahami apa yang ia butuhkan, bagaimana mengerti maksud lain dari sikapnya –caranya dengan bertanya pada diri sendiri-, dan bagaimana cara menghadapinya. 

Tipe 1: Anak penuh cinta

KEKUATAN: ada di dalam kemampuan bersosialisasi. 
KARAKTER: sosok  yang friendly dan periang. Setiap hari ia  penuh semangat dan kerap random dalam melakukan atau menyukai sesuatu. Anak tipe ini terkesan hiperaktif dan sulit diandalkan.
KEBUTUHAN: sesuatu yang sifatnya menyenangkan untuk dilakukan dan happy parents.

CARA MENGHADAPI

1. refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
  • Apakah ia dikontrol berlebihan?
  • Jangan-jangan ia merasa sendirian?
  • Apakah Ia merasa hidupnya kurang playfull?
Jika benar, bisa jadi perilakunya adalah bentuk ungkapan non-verbal-nya. 

2. Berikan kejutan-kejutan kecil seperti jalan-jalan ke area bermain air atau ke pasar malam. Anak tipe ini butuh suasana baru yang ceria.

3. Kenalkan ia pada anak dari teman Anda. Ia butuh bermain dengan anak lain dan bahagia bila bisa menjalin persahabatan dengan banyak anak. 

4. Ciptakan suasana seru dan menyenangkan, meski dengan cara yang sederhana. Misalnya, manfaatkan sisir untuk kegiatan bernyanyi. 





Tipe 2: Anak sensitif

KEKUATAN: terletak pada emosionalnya. 
KARAKTER: perasaannya sangat halus, lemah lembut, dan sangat berhati-hati menggunakan perasaannya yang membuatnya bijaksana, meski ia sering dibilang pemalu dan hipersensitif. 
KEBUTUHAN: kekuatan perasaan, sebab ia lebih sering melihat dan menilai sesuatu berdasarkan rasa. Ia juga membutuhkan koneksi kuat dengan keluarga karena hanyakeluarga yang dianggap paling mengerti perasaannya. 

CARA MENGHADAPI

1. Refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
  • Apakah ia merasa tidak didengarkan suaranya?
  • Apakah ia merasa keinginannya sering diabaikan?
  • Apakah ada kegiatannya yang tidak sesuai dengan keinginannya?
Jika benar, bisa jadi perilakunya itu adalah bentuk ungkapan non-verbal nya. 

2. Tenangkan ia dengan cara memeluk, mencium, atau mengukapkan kata-kata cinta. Kata-kata dari orang  dicintainya akan membuatnya luluh. 

3. Berikan ia waktu untuk relaks tak perlu didondir dengan pertanyaan “kenapa” atau omelan. Bisa jadi ia jenuh dengan aktivitasnya saat itu. 

4. Buat koneksi dengan ‘signal’ yang sama dengan balita Anda. Masuk dan dalami perasaannya. Caranya tak lain adalah sering ngobrol berdua atau lakukan aktivitas nge-date. 




Tipe 3: Anak tekun

KEKUATAN: terletak pada tubuh atau fisiknya. 
KARAKTER: anak yang sangat aktif, energik gigih, super sibuk, dan selalu tekun melakukan kegiatan yang sudah dipilihnya. Tak heran bila banyak yang menyebutnya sebagai anak ambisius dan penuntut. 
KEBUTUHAN: pengalaman-pengalaman baru yang menantang. Hal ini membuat ia juga butuh orangtua yang selalu mendukung dirinya melakukan kegiatan-kegiatan barunya. 

CARA MENGHADAPI
1. Refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
  • Apakah ia merasa kurang dengan aktivitas yang menuntut tubuhnya untuk bergerak?
  • Apakah ia terlalu sering mendengar kata “Tidak” ?
  • Apakah ada sesuatu yang membuat dirinya mudah menyerah?
Jika benar, bisa jadi perilakunya adalah bentuk ungkapan non- verbal-nya. 

2. Selalu penuh semangat untuk mendorongnya melakukan tugas yang sudah dipilihnya atau dorong ia mencoba hal-hal yang baru. 

3. Bebaskan ia bergerak dengan membiarkannya  mengekplorasi apa yang ada di dekatnya. Biarkan ia bebas menggerakan anggota tubuhnya. 

4. Sediakan dan up-date list tempat petualangan yang perlu ia coba. Info terbaru bisa Anda peroleh dari rubrik weekenders ayahbunda. 




Tipe 4: Anak super serius

KEKUATANNYA adalah sisi intelektual.
KARAKTER suka menganalisa, menghasilkan sesuatu, dan memilih untuk menyelesaikan tugas apa pun yang sudah dimulai. Biasanya tugasnya berakhir dengan tepat dan digambarkan secara detail. Ia cenderung suka mengkritik. 
ANAK BUTUH dihargai hasil karyanya dan biasanya ia akan memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang ia terima. 

CARA MENGHADAPI

1. Refleksikan situasi dengan bertanya pada diri sendiri, misalnya:
  • Apakah ia butuh dihormati lebih besar dibandingkan anak lain?
  • Apakah ia butuh waktu untuk fokus dalam memelajari sesuatu?
  • Apakah ada sesuatu yang menurutnya tak sesuai dengan pengertiannya?
Jika benar, bisa jadi perilakunya itu adalah bentuk ungkapan non-verbal-nya. 

2. Hormati apa yang sudah dilakukannya.

3. Dukung langkah-langkahnya, meski terkadang kurang tepat. Beri ia  kritik, namun  cara yang membuatnya terkesan bodoh. 

4. Fokus mendengarkan ketika ia menjelaskan sesuatu.


Terapkan Disiplin Sedini Mungkin

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/terapkan.disiplin.sedini.mungkin/001/007/551/1/1
Walau usianya baru satu tahun, anak pandai berulah. Dapatkah disiplin diterapkan pada anak-anak usia ini?

Mengapa harus disiplin? Tentu saja anak usia satu tahun dapat mulai diperkenalkan pada disiplin. Bahkan, sejak berusia antara enam hingga sembilan bulan, anak sudah memahami arti perkataan "tidak" atau "jangan". Di usia satu tahun anak mulai memahami perintah-perintah sederhana.

Disiplin memang perlu diterapkan seawal mungkin, karena sejak dini anak perlu memahami konsep "benar - salah". Walaupun, anak membutuhkan waktu sedikit lama untuk benar-benar memahami konsep tersebut seutuhnya.

Selain itu, balita juga perlu disiplin untuk mengajarkan kontrol diri, serta menghargai aturan sedini mungkin. Dengan cara ini anak akan semakin memahami dan menghargai keberadaan orang lain di luar dirinya. Sehingga, anak yang awalnya egosentris, menjadi lebih sensitif pada orang-orang di sekitarnya.

Cara paling mudah bagi anak-anak usia ini untuk mengenal disiplin adalah melalui contoh dan bimbingan. Selain itu, mereka juga membutuhkan pembiasaan dengan pola yang sama dan konsisten.

Mendisiplin tepat. Dalam menerapkan disiplin, beberapa hal perlu diingat:

  • Disiplin secara umum dapat bermakna mengajarkan.
  • Anak membutuhkan batasan karena ia masih belum dapat mengontrol dirinya sendiri. Batasan orang tua membuat anak merasa nyaman dan aman.
  • Jika anak-anak usia ini kerap membuat ulah, jangan dulu berpikir mereka nakal. Mereka hanya bereksperimen dengan dunianya. Mereka kerap melakukan observasi apa akibat dari perilakunya. Hindari memberi label, karena label membuat anak merasa yakin ia nakal atau negatif dan mengembangkan perilaku sesuai label.
  • Yang terpenting dalam menerapkan disiplin adalah konsistensi. Jika sekali Anda mengatakan sampah harus dibuang di tempat sampah maka, sampai kapan pun, Anda harus konsisten dengan peraturan tersebut. Aturan yang berubah-ubah membuat anak bingung, sehingga peraturan tersebut tidak lagi berarti bagi anak.
  • Anak-anak usia ini memiliki daya ingat yang pendek. Kita tidak bisa mengharapkan mereka langsung memahami apa yang kita ajarkan dalam sekejap. Anda perlu mengulangi berkali-kali hingga anak mengikuti aturan yang Anda buat.
  • Terlalu banyak kata "tidak" atau "jangan" membuat aturan tidak lagi efektif, karena anak tidak berani melakukan apa pun. Cobalah menawarkan alternatif untuk setiap kata "tidak". Misalnya dengan mengatakan, "Sayang, buku ayah jangan dimainkan. Ayo kita cari bukumu sendiri dan kita lihat isinya! Pasti asyik!"
  • Jika anak berbuat kesalahan atau melanggar aturan Anda, sekali-sekali biarkanlah ia menanggung risikonya, jika tidak terlalu membahayakannya. Dengan cara ini anak berkesempatan belajar dari kesalahannya.

No comments:

Post a Comment