Wednesday, 26 August 2015

PERKEMBANGAN ORAL BAYI

http://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/perkembangan-oral-bayi


Fotosearch

0-4 bulan
Inisiasi menyusui dini (IMD) ternyata bukan hanya sekadar bonding. Ketika bayi  menempel pada payudara, inilah momen pertama untuk melihat kemampuan oral motornya. Yaitu, ketika bayi  mulai mencari puting susu. Momen menyusui pertama dapat dikatakan sebagai cikal bakal untuk mengembangkan kemampuan oral motor bayi.
Kemampuan oromotor: Saat usia ini, kemampuan oromotornya berfokus pada gerak refleks. Ada beberapa refleks yang berperan dalam proses menyusui, yaitu:
  • Ketika puting disentuh ke area mulut, bibir, pipi, atau dagu bayi, si kecil akan segera menoleh ke arah sentuhan dan mulutnya terbuka untuk mencari. Ini disebut reflect rooting.
  • Setelah menemukan, bayi akan memasukkan puting ke dalam mulut, saatnya mengisap.
  • ASI sudah mulai keluar dan sudah masuk ke dalam mulut, lidahnya memindahkan cairan tersebut ke bagian belakang mulut untuk ditelan. Ini disebut suck and swallow reflex atau refleks mengisap dan menelan.
Makanannya: Hanya ASI.

4-6 bulan
Pada usia ini sudah terjadi kematangan kemampuan mengisap si kecil. Ketika anak usia 4 atau 5 bulan belum dianjurkan untuk diberi makanan semi padat.
 Kemampuan oromotor: Kemampuan mengisap semakin sempurna. Gerak refleksnya pun berkembang yang disebut dengantongue thrust reflex.  Si kecil sudah bisa menjulurkan lidah keluar, namun belum bisa minum dari sendok atau gelas. Selain itu, ia juga sudah mulai bisa menolak apa yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Ini disebut dengan gag reflex atau refleks muntah. Ketika sendok atau makanan ke bagian belakang mulutnya, maka dia otomatis akan mengeluarkan kembali ke bagian depan lidah.

Makanannya: Hanya ASI.

6-9 bulan
Pada usia ini, bisa dikatakan sebagai periode kritis bayi untuk mengunyah, karena ASI sudah tidak lagi cukup memenuhi kebutuhan gizinya. Usia ini adalah waktu mulut si kecil merasakan sensasi mengunyah untuk pertama kali.
Kemampuan oromotor: Refleks menjulurkan lidah, refleks rooting, dan refleks muntah sudah mulai berkurang. Si kecil sudah bisa mulai mengunyah. Makanan yang dimasukkan ke dalam mulutnya tidak akan dimuntahkan lagi. Refleksnya justru semakin berkembang. Lihat saja,  ketika melihat sendok mendekat, mulutnya akan terbuka.

Makanannya: MPASI berbentuk pure yang bisa dicampur ASI atau makanan semi padat lain. MPASI diberikan secara bertahap untuk menunjang keterampilan makan bayi dan menjadi dasar pengembangan stimulasi kemampuan oromotornya.

9-12 bulan
Si kecil sudah mulai terbiasa mengunyah. Ditambah juga dengan kemampuan memegang benda sendiri. Si kecil sudah mulai bisa untuk memegang makanan dan memasukan ke dalam mulutnya.
Kemampuan oromotor: Keterampilan mengunyahnya sudah mulai sempurna dan sudah mulai bisa minum dari gelas. Lidahnya juga sudah mulai bisa bergerak untuk memposisikan makanan saat akan dikunyah.

Makanannya: MPASI sudah mulai ditinggalkan dan sudah bisa diberikan makanan finger-food.

1-2 tahun
Pada usia ini, si kecil sudah mulai mencicipi makanan keluarga dan rasa makanan orang dewasa. Belum bisa dikatakan bisa makan sendiri dengan terampil,  karena ia kerap penasaran dengan apa yang dimakan sehingga belepotan saat dia makan sendiri.
Kemampuan oromotor: Sudah terbiasa makan dari sendok dan sudah bisa minum minuman dari sedotan. Bibir dan lidahnya sudah bisa terkoordinir ketika si kecil menyuapi makanannya sendiri lewat sendok.

Makanannya: Fingerfood masih tetap diberikan, namun sudah bisa mencicipi makanan keluarga.

2-3 tahun
Wah! Si kecil sudah besar dan sudah mulai belajar mandiri. Kemandiriannya terus terlatih, ketika dia sudah masuk prasekolah dan makan bersama kawan-kawannya. Kadang makannya masih belepotan tapi dia sudah bisa mengerti rasa beberapa makanan. 
Kemampuan oromotor: Mengunyahnya sudah sempurna. Lidahnya sudah mampu mengenal berbagai rasa makanan. Giginya juga sudah mampu makan makanan yang agak keras.

Makanannya: Makanan padat dan makanan keluarga.

Monday, 17 August 2015

Panduan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan

logo klik dokter
http://klikdokter.com/rubrikspesialis/alergi-anak/serbaserbi-alergi-anak/panduan-tumbuh-kembang-bayi-usia-012-bulan/panduan-tumbuh-kembang-bayi-usia-012-bulan/1
dr. Karin Wiradarma
dr. Karin Wiradarma

Panduan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan


KlikDokter.com - Mengenali tahap pertumbuhan dan perkembangan buah hati sangatlah penting. Dengan demikian, Anda dapat memberikan rangsangan yang tepat untuk membantu tumbuh kembangnya. Selain itu, Anda juga dapat memantau dan menangani masalah atau gangguan yang mungkin timbul.
Parameter pertumbuhan mencakup tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Sementara itu, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam aspek perkembangan anak, yaitu perkembangan motorik, bahasa, kognitif, serta emosi dan perilaku.
Bayi Baru Lahir – 1 Bulan
Terbilang normal jika bayi kehilangan 10% dari berat lahirnya pada 2-3 hari pertama sejak ia lahir. Ia akan mendapatkan berat lahirnya kembali kurang lebih dalam waktu 2 minggu. Setelah itu, ia akan menimbun berat badan sebesar 30 gram setiap harinya.
Panjang badan bayi juga akan bertambah 3-4 cm dari panjang lahirnya saat ia berusia satu bulan. Selain itu, lingkar kepalanya pun akan bertambah kurang lebih 2,5 cm.
Ada beberapa refleks pada bayi baru lahir yang perlu Anda ketahui, yaitu:

  • Refleks rooting. Jika sudut mulut bayi disentuh, ia akan menoleh dan mengikuti arah sentuhan tersebut. Hal ini berguna agar ia dapat menemukan puting payudara.
  • Refleks hisap. Jika bayi berhasil menemukan benda yang menyentuh mulutnya (lanjutan dari refleksrooting), ia akan mulai menghisap benda tersebut.
  • Refleks moro. Bayi akan mengangkat kedua lengannya ketika ia terkejut.
  • Refleks genggam. Ketika kita menaruh jari pada telapak tangan bayi, ia akan menggenggamnya.
  • Refleks babinski. Jika telapak kaki bayi disentuh dengan pola melingkar, jempol kaki akan tertarik ke belakang dan empat jari lainnya merenggang. Refleks ini tidak normal jika masih terdapat pada anak di atas usia dua tahun.
Terbilang normal jika mata bayi tampak belum fokus dan kadang terlihat seperti juling. Terkadang mimik bayi seperti “terkejut”. Hal ini disebut jittery dan merupakan hal yang wajar. Namun, perlu dibedakan jittery dengan kejang.
Pada tahap ini, bayi belum dapat berkomunikasi dengan baik. Semua diutarakan melalui tangisan. Anda dapat membantu perkembangan bayi dengan menggendong sambil menatap wajahnya, berbicara atau bernyanyi dengan lembut, mengayun bayi dengan lembut, dan jangan terlalu lama merespons tangisan bayi.

Panduan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan

Bayi 1-3 Bulan
Pada tahap ini, berat badan bayi bertambah 680-910 gram setiap bulannya. Panjang badannya bertambah kurang lebih 2,5 cm setiap bulan. Sementara itu, lingkar kepala juga bertambah 1,25 cm setiap bulan.
Otot leher bayi pada usia ini sudah lebih kuat, sehingga ia mulai dapat menegakkan kepalanya. Ia pun sudah dapat memasukkan tangan ke mulut, melihat mengikuti benda dan cahaya, mendengarkan suara, serta membuka tutup tangannya. Pergerakan lengan dan tungkainya pun sudah lebih aktif.
Bayi juga mulai mengeluarkan suara-suara selain tangisan. Bahkan kini tangisannya dapat lebih dibedakan: apakah dia lapar, mengantuk, tidak nyaman, dan lain-lain. Pada usia ini, bayi mulai dapat mengenali suara orang yang sering didengarnya, seperti ayah, ibu, dan pengasuh.
Selain rangsangan yang diberikan pada bayi baru lahir, Anda juga dapat memberikan mainan yang berbunyi untuk bayi Anda. Perlihatkan benda yang berwarna terang, hitam, atau putih. Anda juga bisa menggantung mainan yang berputar dan mengeluarkan musik untuk dipasang di atas tempat tidurnya.

Panduan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan

Bayi 4-6 Bulan
Pada usia 4-5 bulan, berat badan bayi akan bertambah menjadi dua kali berat lahir. Panjang badannya bertambah 1,25-2,5 cm per bulan, dan lingkar kepalanya bertambah 1,25 cm per bulannya.
Refleks yang terdapat saat ia baru lahir umumnya sudah mulai menghilang. Pada masa ini, bayi sudah bisa menjaga keseimbangan kepala dengan baik, memiringkan badan ke kanan dan ke kiri, dan pada usia 6 bulan umumnya sudah bisa duduk sendiri. Bayi juga sudah mulai dapat melihat warna dan melihat dalam jarak yang lebih jauh.
Bayi sudah dapat mengoceh, tertawa, dan menirukan bunyi. Ia pun mulai mengenal namanya, wajah orang yang familiar, mengerti kata “tidak”, dan mengulurkan tangan untuk digendong.
Untuk menstimulasi perkembangannya, sering-seringlah berbicara dengan bayi Anda, walaupun mungkin ia belum memahami perkataan Anda, dan ajaklah ia bermain.

Panduan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan

Bayi 7-9 Bulan
Pada tahap ini bayi umumnya bertambah berat sebanyak 450 gram setiap bulannya dan biasanya bayi laki-laki lebih berat dibanding perempuan.
Sementara itu, pertumbuhan panjang badannya akan melambat menjadi 1,25 cm tiap bulan dan lingkar kepalanya 0,6 cm per bulan.
Pada usia ini bayi sudah mantap duduk tanpa sokongan dan merangkak, bahkan sudah mulai berusaha berdiri dan merambat.
Ia juga mulai bisa memegang benda menggunakan jempol dan telunjuknya, serta memasukkan benda apa pun ke dalam mulut. Anda pun mulai bisa mengajarkannya minum dari gelas.
Bayi sudah mulai mengenal orang, sehingga ia akan enggan untuk digendong orang tidak dikenal.
Sebaliknya, ia akan sangat lengket dengan ibunya. Ia sudah mulai mengenali dirinya dan senang memandang bayangan dirinya pada cermin.

Panduan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan

Bayi 10-12 Bulan
Pada umumnya bayi akan meraih tiga kali berat badan lahirnya saat usia 1 tahun. Sementara itu, panjang badan dan lingkar kepalanya akan bertambah 0,6 cm per bulan.
Bayi sudah lebih lancar merambat, berdiri beberapa saat tanpa berpegangan, bahkan berjalan jika dituntun atau berpegangan.
Ia pun dapat memasukkan makanan sendiri ke dalam mulut. Jenis makanan yang dimakan mulai beragam, karena pada usia setahun biasanya telah tumbuh 4-6 gigi.
Bayi pada usia ini sudah mulai lebih memahami perkataan dan perintah Anda. Ia juga aktif dan bersemangat menjelajah lingkungannya.
Buah hati Anda pun sudah mengenal dan dapat menikmati musik. Pada usia ini, bayi juga sudah mulai dapat memperlihatkan emosi dan karakternya.
Pada tahap ini, Anda sudah dapat membacakan dongeng untuknya setiap hari atau bersama-sama mempelajari gambar-gambar pada buku. 


Saturday, 15 August 2015

10 Tips for Raising a Child with High Self-Esteem

http://www.lifehack.org/302557/10-tips-for-raising-child-with-high-self-esteem?ref=gp
BY 

raising a child with high self esteem

Every parent dreams of raising a child who is confident but not cocky, who is self-assured but sensitive, and who feels empowered to make choices and follow their passions. Even if, as parents, we suffer with low self-esteem ourselves, there is much we can do to enable our children to learn to love themselves and to be an active participant, rather than an observer, in their own lives.

1. Start with you
Our children learn far more from what we do rather than the lessons we try to teach them. In the way we conduct ourselves each day, we teach our children how to be. We act as role models and inspire our children. So if we model high self-esteem, our children are more likely to develop high self-esteem too. For those of us with low self-esteem this can make us worry that we’re doomed to pass on feelings of self-doubt and negativity to our children, but that needn’t be the case. Whilst we can’t fundamentally change our personalities overnight, we can think carefully about the way in which we portray ourselves each day. We can think about what we choose to say aloud. We can make a conscious effort to present the best version of ourselves.
When we’re struggling with issues of self-negativity, a good way to redress the balance is to try and see yourself through your child’s eyes. When they are young, kids tend to adore their parents unconditionally. Don’t question it, embrace it, and try to channel the parent your adoring child sees whenever self-doubt creeps in.

2. Tackle negative self-talk

When we talk badly about ourselves, it reinforces low self-esteem. Again, we should start with ourselves here and make a conscious effort not to talk badly of ourselves. It’s remarkable how often self-critical phrases creep in when you listen out for them. Additionally, any time we hear our child talk negatively about themselves, we should question it. Ideally we should not just dismiss their concerns, but rather provide evidence to the contrary, or balance negative self-talk with meaningful compliments.

3. Give feelings names

When we struggle with difficult thoughts and feelings, it can really pull down the way we feel about ourselves and our place in the world around us. When we give these feelings names and are able to explore them, it can help us to understand and manage them, reducing their impact on how we feel about ourselves. Help your child to understand the different ways they feel, both physically and emotionally, so that your family has a shared language for both positive and negative experiences, which will enable open sharing and support.

4. Listen

As well as helping your child to name their feelings, you need to give them an opportunity to talk about them. This can work best if we get into a habit of listening early on. If we build listening into our daily routine, our child gets used to being heard and will more readily share with us at specific points each day. This will enable us to understand what’s going on in our child’s life as well as tackle difficulties and misconceptions early on before negative thoughts and feelings become entrenched and embedded.

5. Be a stable base

Whether your child is a toddler or a teenager, they need a stable base from which to explore the world. They need to understand the rules you set and be able to predict likely outcomes from their actions. They need to be able to rely on you to look out for them and to support them. Once they know that they can rely on you, they’ll be ready to walk away and become more independent and self-assured.

6. Let your child spread their wings

Watching our children grow more independent is one of the most nerve-wracking things we ever go through as parents. However, if we want our children to develop self-confidence and assurance, we need to have the confidence to let them go. We can’t live their lives for them, we need to provide them with the tools and encouragement they need to go out and take risks, make mistakes, and reap the rewards of starting to find their own place in the world.

7. Celebrate uniqueness and diversity

Show tolerance of others in all that you say, and celebrate what makes each member of your family unique. Never expect children to live up to expectations set by siblings, nor to fulfill your own childhood dreams. Instead, help them to develop their own skills and talents and enjoy these individual differences.

8. Empower decisions that have impact

Let your child see that they make a difference in your family. Talk to them and listen to what they have to say. Invite their opinions on decisions both big and small, like what should we eat for dinner? Where should we go on holiday? Also, be prepared to listen to and act on their answers. This way your child learns that their view is valued and that they can be an active participant in family life.

9. Be honest about your mistakes

There are few mistakes we cannot learn from. You teach your child a far more valuable lesson when you hold your hands up and say you got something wrong. They can look for the learning there, better than when you try to portray an image of perfection each day.

10. Don’t forget to say “I love you”

Finally, we need to remember to show and tell our kids that we care about them. As parents, the love we feel can overwhelm us. It might seem impossible that our children could fail to know that they are loved; however, you should never assume your child knows how much you love them. Instead make an effort to show  it and say it out loud. We all know how good it feels to be loved. This is no different for a child. Actually, it can be an important bedrock of self-esteem, as well as making family life just that little bit more pleasurable each and every day.
In her freelance writing, speaking and teaching, Pooky works hard to break down mental health stigma. She completed her PhD in child and adolescent psychiatry at the Institute of Psychiatry and is happiest when she’s expanding minds and changing lives. Pooky won her own battle with anorexia and self-harm in her early 20s.

Friday, 14 August 2015

SAAT BALITA TIDAK MAU BERBAGI

http://www.ayahbunda.co.id/balita-psikologi/saat-balita-tidak-mau-berbagi



Secara umum anak balita belum mengerti apa arti berbagi. Memang rasa mau berbagi tidak muncul secara alami. Apalagi untuk balita. Malah sebaliknya, mereka tidak ingin berbagi mainannya atau wilayah bermain dengan orang lain, tidak jarang ada yang hanya ingin berbagi dengan orang tuanya saja. Jika mainannya diambil, pasti akan menangis, bahkan mengamuk! Jika wilayah bermainnya dimasuki orang lain, ia pasti melarang keras. Orang tua pun jadi kebingungan, kewalahan, bahkan frustasi hingga malu jika anaknya berebut mainan hingga menangis keras-keras. Bagaimana cara menghadapinya?

1.    Ajak main di luar rumah
Sering mengajak anak bermain di luar bisa menjadi salah satu cara menghadapinya. Dengan begitu, anak akan bertemu teman sebaya dan bersosialisasi. Anda dapat menjadwalkan kunjungan rutin ke sebuah taman dekat perumahan atau playground. Mainan yang ada di sana merupakan milik bersama, sehingga sangat bisa dijadikan pelajaran agar anak dapat berbagi dengan temannya.
 
2.    Bermain bersama itu baik lho!
Tidak jarang ada anak yang hanya main sendiri terus-terusan, karena enggan  berbagi miliknya. Tanamkan konsep bahwa bermain bersama itu baik. Ajarkan permainan atau kegiatan yang dilakukan bersama-sama sebagai hal yang menyenangkan. Jika hal ini dilakukan terus-menerus, pasti anak akan terbiasa dan mulai bersedia berbagi dengan orang di sekitarnya. Selain itu bermain bersama teman-temannya juga bisa membangun pertemanan dan mengajarkan anak untuk bekerja sama. Bunda dapat memulainya dengan merencanakan playdate dengan teman sebaya.

3.    Role model tokoh anak
Salah satu cara paling mudah bagi anak untuk belajar sikap berbagi adalah dengan meniru. Selain orang tua, tokoh kartun idola buah hati bisa menjadi contoh untuk berbagi. Pilih tokoh kartun yang baik dan sering bermain bareng teman-temannya ya, Bunda. Jika anak sudah mulai berebut atau tidak ingin berbagi, bunda dapat berkata “Nak, Winnie The Pooh  dan teman-temannya kalau main selalu bersama-sama, tidak rebutan.”  Dengan begitu, anak pasti akan mencontoh tokoh idolanya dengan baik dan mau belajar berbagi dengan teman sekitarnya.

4.    Anak kembar, belikan mainan yang berbeda
Biasanya untuk para orang tua yang memiliki anak kembar, mereka hanya akan membelikan mainan satu macam untuk masing-masing. Nah, Ayah dan Bunda dapat menerapkan dengan konsep berbeda dari biasanya, yaitu membelikan mainan yang tidak sama. Tujuannya, untuk mengajarkan mereka berbagi dan bergantian. Penerapannya dapat dilakukan dengan membuat suasana main berbagi satu sama lain, bergantian, atau bersama-sama jitu jauh lebih mengasyikkan. Seperti contohnya, ketika anak rebutan boneka, ajak anak yang lain mengambil perlengkapan dokter, jadilah bermain dokter dan pasien. Satu anak sebagai dokter, satu anak lagi sebagai ibu yang membawa anaknya sebagai pasien. Dengan begitu anak dapat bermain dengan seru, ceria dan saling berbagi.

5.    Ini punyaku & itu punyamu

Bunda dapat mengajarkan bahwa merebut barang atau mainan milik orang lain tidak baik. Untuk awal, berikan contoh kejadian yang sering terjadi di dalam rumah atau keluarga. Seperti, kalau anak mau pinjam barang orang tua seperti gadget, beritahu dirinya kalau gadget  tersebut adalah milik Ayah, sehingga meminjamnya harus dengan cara baik dan dikembalikan seperti semula. Jika di dalam rumah ia sudah paham barang miliknya dan milik orang lain, maka saat  ia bermain di luar bersama teman-temannya, ia akan menerapkan konsep yang sudah diajarkan dari rumah.

6.    Berikan reward pada anak
Jika anak sudah mulai berubah dan memperbaiki sikapnya menjadi lebih ingin berbagi pada orang sekitar, berikan reward atau hadiah. Bunda dapat memberikan hadiah berupa buku cerita, alat mewarnai, hingga mainan. Ingat, reward tidak selalu berupa hadiah, lho. Bunda juga dapat memberikan pujian ketika ia mau berbagi. Ini efektif untuk memupuk semangat untuk mengulangi tindakan baik itu. 

10 TAHAP PENTING PERKEMBANGAN BAYI

http://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/10-tahap-penting-perkembangan-bayi--



Gerakan bayi baru didominasi oleh gerak refleks. Dengan berkembangnya sistem saraf, di usia 2 bulan gerakan refleksnya berkurang, dan kemampuan kognitif serta sosial bayi berkembang pesat. Berikut ini 10 tahap perkembangan penting bayi  Anda:     

1. Tengkurap (usia 3 - 4 bulan). Tengkurap terjadi ketika bayi berhasil bertumpu pada perutnya dan bertahan pada posisi tersebut beberapa saat. Anak tengkurap diawali dengan kemampuan memiringkan badannya ke kanan dan ke kiri, lalu ia belajar berguling di usia 1,5 – 2 bulan. Bayi Anda belajar tengkurap pertama kali pada satu sisi, dilanjutkan di sisi lain, kemudian berbalik lagi. Ketika mencapai usia 3-4 bulan, saat otot lehernya semakin kuat  ia dapat berbaring telentang dengan memandang lurus ke depan. Lengan dan kakinya pun lebih bebas bergerak sejalan dengan kemampuannya menggerak-gerakkan kepalanya. Ia juga mulai berlatih berguling dan mengangkat kepalanya dalam posisi tengkurap. Baru di usia 5 bulan ia bisa tengkurap sendiri. 

2. Mengangkat kepala (usia 4 bulan). Di usia 2 bulan bayi Anda mampu mengontrol gerakan leher dan kepalanya. Ia dapat mengangkat kepala membentuk sudut 45 derajat dengan cara bertopang pada kedua tangannya saat usiannya 3 bulan. Di usia 4 bulan, bayi bisa mengangkat kepalanya dengan sudut lebih besar yaitu 90º dalam posisi tengkurap. Kemampuan mengangkat kepalanya ini membantu melatih ketajaman penglihatannya. Ia pun mulai menengadahkan kepalanya untuk mencari Anda bila mendengar suara Anda.  
    
3. Memekik gembira (usia 4-5 bulan). Pernahkan Anda mendengar si kecil mengeluarkan suara dengan nada tinggi penuh kesenangan saat berhasil meraih benda yang diinginkan atau ketika ia merasa senang dengan kehadiran Anda? Di awal hidupnya, suara-suara yang dikeluarkannya merupakan respons tubuhnya terhadap emosi saat itu. Namun di usia 4 bulan ke atas, bayi mengeluarkan suara dengan tujuan lebih jelas. Ia akan berteriak dengan gembira bila berhasil mencapai keinginannya. Suara yang dikeluarkannya adalah sarana untuk mengungkapkan perasaannya atau berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Masa berceloteh ini memang sangat dinikmati si kecil. Perhatikan saja saat ia melakukan aktivitas sehari-hari, Anda akan mendengar celotehannya. Ia akan mengeluarkan suara yang menyerupai huruf hidup seperti “aaaahh”, “uuuhhh”, “aaiii.”

4. Memegang dua benda di dua tangan ( usia 7–8 bulan). Di usia 4–5 bulan, keduanya tangan anak semakin terampil. Bila Anda memberinya mainan berwarna cerah, ia akan menggerakkan lengan dan tangannya menggapai ke arah mainan tersebut. Gerakan menggapai ini melatihnya untuk meraih lalu menggenggam dan memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lain. Di usia 7-8 bulan, keterampilan jari-jemari si kecil meningkat. Ia akan menggunakan tangan yang berbeda untuk tujuan berbeda. Satu tangan digunakan untuk bereksporasi, sementara tangan lain untuk memegang. Perhatikan, bila satu tangannya memegang mainan kemudian tangan satunya diberikan mainan lain, ia tetap akan memegang mainan pertamanya namun tangan yang satu mengambil mainan yang Anda tawarkan itu. Jika ada Anda memberikan sebuah mainan lagi, salah satu mainan yang sedang dipegangnya itu akan dibuangnya kemudian ia akan mengenggam mainan ketiga yang Anda tawarkan itu.
    
5. Duduk (usia 7-8 bulan). Tonggak perkembangan yang mengagumkan dari seorang anak adalah saat ia bisa duduk sendiri. Ketika otot-otot punggung dan lehernya sudah cukup kuat untuk menopang tubuhnya, ia belajar duduk. Setelah  belajar mengangkat kepalanya saat tengkurap, tahap selanjutnya si kecil belajar bagaimana menyangga tubuhnya menggunakan kedua lengannya dan mengangkat tubuhnya semacam mini push-up. Sekitar usia 6 bulan, bayi Anda mencoba duduk sendiri dengan mengandalkan satu atau kedua tangannya untuk duduk. Baru di usia 7 – 8 bulan  ia mengusai kepandaian baru yaitu dapat duduk sendiri dari tengkurap kemudian bangun sendiri dengan bantuan tangannya. Dengan kemampuan duduk ini, ia dapat meraih benda yang diinginkannya. 

6. Merangkak (usia 7-8 bulan). Merangkak adalah cara pertama bayi untuk dapat mengeksplorasi sekeliling ruang untuk mempelajari hal-hal baru yang menarik perhatiannya. Cara anak merangkak adalah ketika ia akan belajar keseimbangan melalui tangan dan lututnya kemudian belajar maju mundur mendorong tubuhnya dengan mendorong lututnya. Kepandaian merangkak ini adalah juga  salah satu cara menguatkan otot-otot yang akan membantunya belajar berjalan. Usia rata-rata anak  belajar merangkak saat ia mulai dapat duduk tanpa bantuan di usia 7-8 bulan. Dia dapat mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya dan otot-otot lengan, kaki dan punggungnya cukup kuat untuk mencegahnya jatuh ke permukaan saat ia mencoba bangkit dengan bantuan tangan dan lututnya. Di usia 9-10 bulan, bayi Anda mencapai kepandaian baru yakni merangkak mundur untuk mengambil ancang-ancang duduk. Si kecil juga menguasai teknik yang lebih maju yaitu “cross-crawling,” gerakan merangkak  menggunakan satu tangan dan satu kaki yang berlawanan (misalnya tangan kanan dan kaki kiri) secara bersamaan. 

7. Makan sendiri (usia 6-9 bulan). Makan sendiri dimulai sejak usia 6 bulan yaitu saat bayi Anda sudah bisa menggunakan tangan dan jari-jarinya dengan baik dan koordinasi mata serta tangannya yang juga semakin baik. Si kecil dapat meraih benda yang jaraknya sekitar 25 cm dengan kedua tangannya kemudian memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lain. Ia juga senang memasukkan segala sesuatu ke mulut, dan dapat memegang dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengambil makanan. Tambahan pula gigi-geliginya yang mulai tumbuh di usia 6 bulan membuat si kecil terdorong mulai belajar menggigit benda yang masuk ke dalam mulutnya.  Di usia 6 bulan ia sudah juga mengonsumsi Makanan Pendamping ASI (MP ASI) atau makanan padat. Di usia 8-9 bulan, kedua tangannya semakin terampil mengenggam suatu benda. Ia bisa memegang sendok meski masih kagok ketika memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Biarkan ia bereksperimen menggunakan sendok dan memasukkan benda itu ke mulutnya.

8. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal (usia 9-12 bulan). Saat si kecil sudah mengenali anggota keluarganya di usia sekitar 6 bulan, ia mulai dapat membedakan wajah orang-orang dekat dalam  kehidupannya. Pada masa ini keterikatannya dengan orang yang dikenalnya  lebih berarti. Ia dapat melihat, mendengar dan mengingat orang yang dikenalnya. Di usia ini pula ia mampu mengamati wajah dengan seksama. Dari sini ia mulai berkenalan dan akrab dengan orang-orang terdekatnya. Tak heran di usia 9 bulan ke atas ia mulai sadar wajah orang-orang yang asing baginya. Ketika ia menyadari sedang seorang diri dengan orang yang tidak dikenalnya, timbul rasa takut. Bayi usia 8 bulan sudah bisa merasa takut terhadap orang asing. Si kecil yang mau digendong oleh orang yang dikenalnya, jadi tiba-tiba lebih mudah menangis bila ditinggal sendiri bersama orang lain yang tak dikenalnya. 

9. Berjalan (usia 12-13 bulan). Langkah pertama merupakan gerakan awal anak untuk menjadi sosok yang mandiri.  Di usia 8-9 bulan ia mulai bisa mengangkat tubuhnya ke posisi berdiri. Biasanya si kecil akan menumpukkan kedua tangannya pada meja, kursi atau perabot rumah tangga atau apapun yang bisa menahan berat badannya. Ia kemudian akan belajar merambat, menggeserkan kedua tangannya ke samping diikuti oleh langkah kedua kakinya. Di usia ini kepandaian anak dalam belajar berjalan semakin baik. Jika Anda memegang kedua tangannya ia akan menapak dan mulai melangkah. Lama-lama otot-otot kakinya semakin terlatih dan kuat. Si kecil juga kian  semangat menjajal kemampuannya berjalan. Di usia 11 bulan, ia sudah mampu berdiri sendiri dalam waktu sekitar 2 detik tanpa bantuan apa pun karena ia memang sudah pandai menjaga keseimbangan tubuh. Lalu anak mulai mencoba melangkah sendiri 2-3 langkah  Di usia 12 bulan, hupla, ia telah siap berjalan meski kadang-kadang masih sedikit limbung.

10 . Bicara (usia 18 - 24 bulan). Rata-rata anak bisa lancar bicara di usia 2 tahun. Sebelum kata-kata pertama keluar dari mulutnya, dia belajar peraturan berbahasa dan melihat bagaimana orang dewasa berkomunikasi. Ia mengawalinya dengan menggunakan lidah, mulut, langit-langit dan gigi-geliginya untuk membuat suara Lambat laun kata-kata tak berbentuk ini menjadi kata yang berarti: “mama”, “papa”, “bubu”, “susu” dan sebagainya. Sejak itu, setiap saat anak mengutip kata-kata yang didengarnya baik dari ibu atau orang-orang di sekitarnya. Kira-kira usia 18-20 bulan, si kecil   mempelajari 10 kata per hari. Dari situ ia mulai belajar membentuk kalimat. Di usia 2  tahun, ia dapat membentuk 2-3 kata menjadi satu rangkaian kalimat. Ia dapat menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dirasa, dipikirkan dan diinginkannya dalam satu rangkaian kalimat.  

Friday, 7 August 2015

Inilah Makanan Terbaik untuk Perkembangan Otak Anak

http://klikdokter.com/rubrikspesialis/alergi-anak/serbaserbi-alergi-anak/inilah-makanan-terbaik-untuk-perkembangan-otak-anak

Karena pekerjaan otak anak sangat berat dan kompleks, pastikan Anda memberikan asupan makanan yang menunjang hal tersebut.

Inilah Makanan Terbaik untuk  Perkembangan Otak Anak

KlikDokter.com - Berikanlah nutrisi terbaik untuk perkembangan otak anak sedari dini. Tiga tahun pertama kehidupan anak Anda adalah periode emas untuk pertumbuhan otaknya. Pada masa ini, otak anak berkembang dengan pesat dan sangat aktif menyerap berbagai informasi dari lingkungannya.
Karena pekerjaan otak anak sangat berat dan kompleks, pastikan Anda memberikan asupan makanan yang menunjang hal tersebut. Apa yang anak Anda konsumsi akan mempengaruhi fokus dan kemampuan kognitifnya. Waktu makan bagi anak sama pentingnya seperti waktu belajar dan bermain.
Berikut adalah jenis-jenis makanan terbaik yang dapat menutrisi perkembangan otak buah hati Anda:
Telur
Telur kaya akan protein dan mengandung kolin, omega-3, seng, dan lutein yang membantu anak berkonsentrasi lebih baik.
Anda dapat menyajikan telur dengan berbagai cara, orak-arik, mata sapi, dadar, atau dicampur dengan bahan makanan lainnya.
Yoghurt
Kandungan lemak dan protein dalam yoghurt baik untuk pembuatan selubung sel saraf pada otak yang berperan menerima dan mengirimkan informasi.
Anda dapat memilih yoghurt rasa buah yang akan disukai anak atau menyajikan yoghurt tawar dengan buah-buahan segar.

Sayuran Hijau
Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli, buncis, kubis, dan lain-lain kaya akan asam folat dan berbagai vitamin lainnya. Nutrisi tersebut penting untuk memperkuat memori dan mencegah demensia pada masa tua.
Agar disukai anak, Anda dapat menyajikan sayuran bersama dengan makanan lain, seperti bakso, telur, pizza, dan lain-lain.
Kembang Kol Ungu
Sayur ini rendah lemak namun kaya akan serat, asam folat, dan vitamin B6 yang membantu pengaturan emosi, memori, dan fokus.
Anda dapat menyajikannya sebagai salad atau menghaluskannya untuk dijadikan sebagai saus.
Ikan
Ikan kaya akan vitamin D dan omega-3, yang berfungsi melindungi otak dari penurunan kemampuan kognitif dan demensia. Beberapa jenis ikan yang dapat Anda pilih adalah salmon, tuna, dan sarden.
Anda dapat mengolahnya dengan berbagai cara, seperti menggoreng, menumis, dan memanggangnya.
Daging Rendah Lemak
Lemak dalam daging dapat menyimpan pestisida atau antibiotik yang biasanya ikut terserap ke dalam daging hewan. Oleh karena itu, pilihlah daging yang memiliki sedikit lemak, karena zat-zat tersebut dapat berbahaya bagi otak.
Kacang dan Biji-Bijian
Makanan ini kaya akan protein, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral yang sangat bermanfaat untuk kesehatan otak. Ada banyak pilihan untuk disajikan kepada sang buah hati, seperti kacang tanah, kacang almond, kacang kedelai, kacang merah, dan lain-lain.
Oatmeal
Dengan kandungan protein dan serat, makanan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan memori anak. Selain itu, oatmeal juga dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Anda dapat menyajikan oatmeal dengan susu dan buah-buahan untuk rasa yang lebih nikmat.
Apel
Apel kaya akan serat larut yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan. Selain itu, buah merah ini juga kaya akan antioksidan yang dapat memerangi penurunan kemampuan kognitif.
Sajikan apel sebagai kudapan sehat untuk buah hati Anda.
Kunyit
Kurkuma yang terkandung dalam kunyit dapat membantu pertumbuhan otak. Selain itu, kurkuma juga mencegah terjadinya peradangan dan perkembangan penyakit Alzheimer.
Buah Beri
Buah-buahan seperti stroberi, rasberi, blueberry, dan blackberry kaya akan antioksidan yang melindungi selubung sel saraf dari kerusakan. Anda dapat menyajikannya dalam bentuk smoothie atau dicampur dengan oatmeal dan yoghurt. 

Forget the naughty step! Reasoning with children is the best way to make them stop misbehaving

MailOnline - news, sport, celebrity, science and health stories
http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-3187284/Forget-naughty-step-Reasoning-children-best-way-make-stop-misbehaving.html
By COLIN FERNANDEZ

When a child is throwing a tantrum, reasoning with the little blighter may be the last thing on a parent's mind.
In the long run, however, experts suggest it is the most effective strategy for improving their behaviour.

Using a punishment such as putting a child on the naughty step – also known as a 'time out' – can also be effective, but children need to know in advance that this could be coming if they are bad, experts say.

Surprisingly, the best way to deal with your child if they are having a tantrum, as above, or behaving badly may be to reason with them. Scientists studied how 102 parents dealt with their children when they were naughty and found reasoning could actually lead the children to behave better in the long run
Surprisingly, the best way to deal with your child if they are having a tantrum, as above, or behaving badly may be to reason with them. Scientists studied how 102 parents dealt with their children when they were naughty and found reasoning could actually lead the children to behave better in the long run
The quickest way to defuse a situation – compromising – may buy peace for a short time, but in the long run it may lead to worse behaviour.
Scientists asked 102 parents how they dealt wth 'toddler noncompliance' – naughtiness to you or I – on five occasions.
Approaches like the naughty step, pictured above, have gained popularity in recent years for dealing with misbehaviour, but it often fails to work
Approaches like the naughty step, pictured above, have gained popularity in recent years for dealing with misbehaviour, but it often fails to work

They found that reasoning was the most effective immediate response to mild misbehaviour such as whining or negotiating – when young children try and argue their way out of doing something.

Punishments such as the naughty step were least effective.

But when it came to dealing with more 'oppositional' misbehaviour such as defiance, hitting and 'passive non-compliance', reasoning was the least effective response while 'naughty step' style punishmnents were second best after compromising.

Over the longer term, compromise 'made all behavioural problems worse for the most oppositional toddlers', the study's authors Robert Larzerle and Sade Knowles found.

Reasoning, however, was most effective after two months for these children, despite being the least effective response immediately.

The authors wrote that they found it 'surprising' that reasoning worked in the end with 'oppositional' infants.

They wrote: 'To our surprise, frequent use of reasoning decreases behavior problems subsequently with oppositional toddlers, even though it is the least effective response for immediate reduction of noncompliance.

'We thought that the compliance of the most oppositional children had to improve to typical levels before they could be positively influenced by reasoning. Otherwise we thought they would just tune parents out.'

For more defiant toddlers they advise that time out is a good idea.


But to make more effective use of punishments such as timeouts, another author, Ennio Cipani of National University in the US said toddlers need to be told ahead of time which behaviors - such as hitting or yelling- will put them in timeout.

He added that it was always important to follow through with these punishments once the line had been drawn.

He said: 'Our clinical case findings, have shown that timeout used consistently for select behaviors and situations significantly reduced problem behaviours over time.' 

For defiant children, a time out can be effective, but the scientists say it is important that parents are clear with their children about what behaviour will lead to punishments and that they follow through with these. A stock picture of a girl throwing a tantrum after she has been told she cannot have some sweets
For defiant children, a time out can be effective, but the scientists say it is important that parents are clear with their children about what behaviour will lead to punishments and that they follow through with these. A stock picture of a girl throwing a tantrum after she has been told she cannot have some sweets
NAUGHTY CHILDREN MAY HAVE THE CEO GENE THAT LEADS TO SUCCESS 

  • Parents who brag their child could be the next Tim Cook or Bobbi Brown - despite a less than glowing report card - may well be right.
  • A new study claims naughty schoolchildren may have what's been called the ‘CEO gene’ making them more likely to head up a major company in the future. 
  • Scientists claim that a particular gene sequence associated with ‘mild’ rule breaking in children is the same one that leads to leadership qualities found in successful high-flying chief executives.
  • However, it depends on a child’s home environment, because bad behaviour in the classroom can also lead to a withdrawn personality that’s not good for business, the study warns.
  • Psychologists from Kansas State University analysed health data covering 13,000 adults and discovered the influence of DAT1, which transports the chemical dopamine to the brain.
  • Dopamine is a neurotransmitter that helps control the brain’s responses to reward and pleasure.
  • They found that in children, DAT1 leads to ‘mild’ bad behaviour such as playing truant, but not serious bad behaviour such as violent crime.
  • However, they also discovered it provides positive leadership qualities in adults who often went on to become the heads of companies or lead divisions within a company.
  • Psychologists believe those with DAT1 learn early on to push boundaries. 


Make 'wriggly worm' vegetables, dine as a family and NEVER use bribes: Experts reveal the best ways to stop your child being a fussy eater

MailOnline - news, sport, celebrity, science and health stories
http://www.dailymail.co.uk/femail/article-3183738/Experts-reveal-best-ways-stop-child-fussy-eater.html
By PHOEBE JACKSON-EDWARDS

Most children will turn there noses up at the idea of broccoli, but new research suggests that severe fussy eaters are twice as likely to develop mental health problems later in life.

A study by Duke University's medical school in the US has found that being overly picky when it comes to food could be a sign of underlying anxiety or depression.

In light of the findings, FEMAIL sought the advice of four experts - who suggested spiralizing vegetables, teaching children mindfulness and always eating together as a family.

Aoife Atwell, pictured, was a picky eater aged two which inspired mother Ciara Atwell to write a recipe blog
Aoife Atwell, pictured, was a picky eater aged two which inspired mother Ciara Atwell to write a recipe blog

The study of more than 3,000 children aged two to six investigated how closely mental health was linked to fussy eating.

Those with highly selective habits were identified as more than twice as likely as normal eaters to have a diagnosis of depression.


Dr Nancy Zucker, the lead author of the research, suggested that those who view fussiness as a passing phase could be making a huge mistake - and might want to seek professional help.

Here an experienced nanny, a chartered psychologist, a food blogger and a new-age therapist give their top tips to help worried parents nip the problem of fussy eating in the bud.


THE NORWOOD NANNY 
Claire Burgess advises parents to be persistent when trying to get toddlers to eat and not to presume too quickly that a baby does not like a certain food.
She said: 'Babies have heightened senses and so they need to touch, taste and smell things around them and this includes food. 
'Adults sometimes see babies spit out food or make faces to certain flavours or textures and then assume that the baby doesn’t like it.
'But they need to keep reintroducing this as it might be the initial experience – remember babies prior to starting solid foods will have only had milk which is the same consistency and similar in taste.'
Miss Burgess has worked as a nanny since 2001 after qualifying at the Norland College in Bath - the same prestigious school where Kate Middleton and Prince William sought their childcare,

Aoife, now four, is far more experimental with food after her mother Ciara Atwell conquered her picky habits
Aoife, now four, is far more experimental with food after her mother Ciara Atwell conquered her picky habits

She advised parents to avoid staring at their child while waiting for them to try foods for the first time, so they don't feel self-conscious - and to introduce vegetables before sweet treats in the early stages.

Miss Burgess points out that picky eating is common around the age of two with the neophobic stage, when toddlers will narrow down their food preferences.

She said: 'Keep putting small amounts of the food on their plate and suggest that they try it - but don’t force.'

She suggested that mothers were often making common mistakes such as overwhelming their child with too much food or giving them a 'clean plate' incentive.

'Being forced to eat all the food on the plate can again lead to negative views on food which is what you want to avoid,' she said. 

'When working with families I would always eat with the children where possible. That way it becomes a social time where we talk about our day and the focus is on us having a conversation and an enjoyable experience rather than just food.'

THE CLINICAL PSYCHOLOGIST 

Dr Netali Levi, a chartered clinical psychologist, believes there are many reasons why a child is fussy and warns that it could even be your relationship with food affecting them.

She said: 'It’s crucial to make mealtimes as enjoyable and relaxed as possible and to model a non-fussy relationship with food yourself.

'It’s important to reduce the negative food associations your child may have and build their confidence in trying new foods gradually.'


She advises spending a week monitoring their food intake throughout the day. 

Dr Levi said: 'Do they become hungry at particular times or are they filling up on snacks in between meals, so are less hungry at mealtimes? 

'Have they got stressful associations about eating or are they gaining some form of attention through fussy eating?'
She suggests that identifying what is influencing their eating will help determine the right course of action. 

Dr Levi, who is an independent advisor for healthcare company Abbott, said: 'Try to follow a set meal and snack schedule to help your child regulate their hunger levels and learn they have to eat enough at mealtimes·

'Limit mealtimes to between 20 to 30 minutes, so your child is responsible for eating during this time period and a stressful mealtime doesn’t drag on and on. 

'Give small portions so as not to overwhelm your child and let your child decide how much they need to eat, bearing in mind that the set snack and meal schedule is aiming to regulate their appetite.'

She warns against bribing or threatening children to eat at mealtimes, encouraging them to keep trying foods instead.
She said: 'Remember you may have to offer a new food between 10 and 20 times before your child accepts it.

'Finally, try to reward good eating behaviours such as staying seated and table manners, rather than focusing on eating.'

THE FOOD BLOGGER AND MOTHER-OF-TWO 

Food blogger Ciara Atwell, 33, has been helping stressed parents through her recipe blog, My Fussy Eater.

The mother-of-two from Kent was inspired by her own struggles with her daughter Aoife, now four, as a toddler.

She said: 'My own daughter started to develop picky eating habits at the age of two and by the time she turned three she was only eating a very limited number of foods.

'After spending several months enduring daily battles with her, I realised I needed to change my approach to her eating in order to turn this fussy eater around.'

She says fussy eating can vary from refusal to eat foods of a certain colour - green being the usual culprit - to a dislike of specific meals.


She said: 'Kids love helping out so get them involved with preparing and cooking their meals from an early age.

'If you make them feel part of the process of their dinner then the plate of food in front of them will become a lot more appealing.' 

'As children move out of the toddler stage they often use food as a way of asserting their independence. Giving them choice makes them feel like they have some control over their food. 

'It can be as simple as allowing them to choose which vegetables to have with their dinner or allowing them to serve up their own portion from a selection of foods at the table.'

Ciara's son Finn, 18 months,  tucks into his mother's sugar-free flapjacks, designed for weaning
Ciara's son Finn, 18 months, tucks into his mother's sugar-free flapjacks, designed for weaning

Miss Atwell, who is also mother to 18-month-old Finn, suggests making the food more appealing - while praising the good behaviour and ignoring the bad.

She said: 'You don’t need to produce elaborate food art but injecting a little fun can help relieve some of the stress that often surrounds mealtimes. 

Make simple smiley faces with fruit or use a spiralizer to create wriggly worm vegetables. Food on a stick is a big favourite in my house.' 

THE NEW-AGE THINKER 

Nick Jankel, who describes himself as a 'wisdom teacher' uses new-age theories and encourages parents to teach their children mindful eating.

He said: 'Ask them to take a couple of breaths and ‘sense' what their whole body and mind wants to eat at any time. 
'Be prepared to challenge them with new foods and ideas - but ultimately you have to trust their intuition.

'In time, this teaches them to trust their own needs, rather than get into habit-based eating which can lead to eating disorders or addictions.'

He advises teaching them to sense which foods are healthy.

Mr Jankel, creator of Switch On books, said: 'Ask them how sugary things feel to them and whether they are helping. This means during, after and a couple hours after. 

'Teach them to sense what different food types are doing, whilst explaining what they do as best you can. 

'Then they will start to want protein and greens as they connect it to positive things like growth and flourishing - this empowers them to make wise choices for themselves.'

He says they don't necessarily need to conform to traditional meals if they're eating the right type of foods. 

Mr Jankel said: 'Always remember that kids all over the world eat all sorts of foods - including chillis or vegetables for breakfast, so there are no ‘rules’.

'Allow them to discover what works for them.'